Selamat datang di Nokia Clubber

Kamis, 22 November 2012

Cerpen Ngakak

0 komentar
Kali ini saya posting bukan tentang Hape ataupun software,, heheee... Kali ini saya akan psoting cerpen yang menurut saya bisa bikib ngakak. Silahkan saja langsung di baca 





Penantian untuk Kelulusan
Oleh B. Yudho Prabowo

Selesai Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama tahun 2010/2011, libur panjang ku hadiri. Sambil menunggu pengumuman hasil Ujian Nasional aku mencoba mendaftar di Sekolah Menengah Atas yang berstandarkan internasional, walau itu memang bukan kehendakku yang melainkan keinginan orang tuaku. Sebenarnya telah kumantapkan pilihanku di sekolah yang lain dan bukan berstandarkan internasional tentunya. Kucoba saja menjalani apa yang diinginkan oleh kedua orang tuaku dan mecoba untuk berfikir positif (kalau dalam bahasa Inggris ‘positive thinking’), jika mungkin itu adalah demi kebaikanku dimasa mendatang.
***
Tes demi tes mulai ku kerjakan demi masuk sekolah yang mereka harapkan, tapi tak sepenuh hati aku menjalani tes tersebut melainkan dengan setengah hati, karena aku tidak berharap untuk dapat masuk ke sekolah itu. Saat mengerjakan soal-soal yang dipergunakan untuk tes pun menjadi sangat sulit di mataku dan membuatku optimis untuk tidak diterima di SMA itu. Beberapa hari berikutnya adalah pengumuman, sayangnya bukan pengumuman kelulusan, tapi pengumuman penerimaan di SMA yang tak perlu kusebutkan namanya. Tak ingin aku mebukanya di sini, ingin ku buka di depan kedua orang tuaku.
***
            Di siang hari itu, aku sampai di rumah dan ku kabarkan berita ini kepada kedua orang tuaku yang telah menunggu kabar bahagia dari hasil tes ujian masuk SMA Berstandar Internasional. Kubuka amplop berisikan hasil dari tes tersebut yang belum berani kubuka tadi. Dalam amplop tersebut berisikan kertas dengan tulisan yang rapih dan ternyata dari keterangan di kertas tersebut menyatakan bahwa, aku tidak berhasil masuk ke SMA itu.
“Wow, akhirnya aku tidak diterima di SMA ini ”, teriakku kegirangan di dalam pikiranku.
“Maaf, Yah. Aku tidak diterima di SMA yang Ayah dan Ibu inginkan”, kataku sambil menahan luapan kebahagiaan.
Lain halnya dengan kedua orang tuaku yang nampaknya sangat kecewa sekali dengan hasil yang kuperoleh.
 “Ya sudahlah Nak, mungkin ini bukanlah jalan yang terbaik untukmu. Mungkin juga kamu masih bisa meneruskan di SMA pilihanmu”, kata Ayahku yang menemaniku duduk di sebuah sofa depan rumah.
“Iya, Nak. Benar apa kata Ayahmu”, sambung Ibuku yang juga duduk di sofa depan rumah.
Hari itu pun berakhir dengan kebahagiaan bagi diriku sendiri dan kekecewaan bagi kedua orang tuaku. Tapi mereka pun tak ingin larut dalam kekecewaan dari hal yang ku perbuat, nyatanya mereka masih bisa tersenyum dan melakukan kegiatan sehari-hari yang biasanya mereka lakukan.
***
Tak terasa sudah hampir waktunya pengumuman kelulusan yang terhitung dua hari lagi dari hari ini. Semakin aku pikirkan semakin aku takut, jika aku tidak lulus dari Sekolah Menengah Pertama. Dipagi hari ini, aku putuskan untuk tidak menyia-yiakan liburan yang begitu berharga menurutku. Aku pun pergi keluar rumah dan berlari menuju lapangan dengan penuh semangat, tempat biasanya aku menghabiskan waktu dihari-hari liburku. Di sana aku bermain bola dengan yang lainnya, tak peduli besar atau kecil musuh yang kulawan aku tetap berusaha untuk bersenang-senang. Tak terkira terik matahari sudah semakin menyengat kulitku yang tipis ini. Kuputuskan untuk segera pulang dan mengisi energi sepenuhnya untuk pergi lagi bersama teman-temanku. Energi telah terisi dan inilah saatnya untuk pergi lagi. Teman-temanku mengajak untuk pergi ke pantai yang sudah cukup terkenal di telinga para pecinta pantai dengan ombaknya yang besar nan indah dan kami pun tak bosan-bosannya untuk berkunjug ke sana. Pantai itu adalah Pantai Parangtritis yang selalu padat akan pengunjung dipenghujung hari. Saat sampai di sana kami langung memilih tempat untuk parkir motor-motor kami, di tempat yang tidak perlu mengeluarkan uang untuk membayarkan jasa parkir atau gratis tentunya. Kami putuskan untuk parkir di tempat saudara salah satu dari temanku. Motor selesai diparkirkan, saatnya untuk pergi ke pantai untuk menikmati pemandangan dan airnya yang dingin pada waktu itu.
Matahari mulai tergelincir menuju ufuk barat, kami pun pulang dengan perasaan yang senang. Kami pulang bersama-sama tak ada yang saling mendahului, tapi barisan motor kami hampir memenuhi satu jalanan. Sampai di suatu jalan tepatnya sebuah tikungan, salah satu teman kami hampir tertabrak oleh truk yang agak besar. Untungya dia selamat dan mulai saat itu barisan motor kami sudah tidak memenuhi jalanan lagi karena kami sudah kapok melihat kejadian yang dialami oleh salah satu temanku.
Setibanya di rumah aku pun langsung mandi dan pergi ke ruang keluarga untuk menonton televisi yang sudah berumur belasan tahun. Larut malam dan kantung mataku yang serasa dibebani oleh dua karung beras memaksaku untuk segera pergi ke kamar untuk segera tidur.
***
Hari sudah mulai pagi, cahaya rembulan malam berganti cahaya mentari pagi. Banyak terdengar suara orang sibuk dengan pekerjaannnya masing-masing. Masih saja aku mencoba untuk menutupkan mata dan kembali lagi untuk bermimpi. Namun tiba-tiba aku teringat akan suatu hal.
“Bukankah hari ini adalah hari terakhir liburku?”, tanyaku pada diri sendiri.
“Oiya, lalu kenapa aku masih terlelap di tempat tidur ini?”, sekali lagi aku bertanya pada diriku sendiri.
Akhirnya aku putuskan untuk beranjak dari tempat tidurku yang nyaman. Lalu menuju kamar mandi yang letaknya tidak begitu jauh dari kamar tidurku.
“Tinggal satu hari lagi untuk mengetahui hasil belajarku di Sekolah Menengah Pertama selama kurang lebih tiga tahun ini”, pikirku di kamar mandi sambil mencuci muka.
“Sebelum aku menerima hasil dari kenyataan, sebaiknya ku pergi untuk menenangkan diri. Menenangkan diri di suatu tempat, suatu tempat dimana tiada orang yang berpikir jika aku di sana”, pikirku sekali lagi.
            Mulai ku langkahkan kaki ini menuju tempat yang ku inginkan. Ku mulai dengan kaki kanan yang kemudian disusul oleh kaki kiri dan begitu seterusnya. Lambat, sangat lambat kuberjalan. Ku berjalan lambat karena aku tak bisa berhenti memikirkan hasil dari Ujian Nasionalku.
            “Apakah aku akan lulus? Atau malah sebaliknya?”, tanyaku pada diri ini.
            Pertanyaan yang sama terus saja berulang-ulang ku tanyakan pada diriku. Separuh perjalanan telah kutempuh, namun tetap sama pertanyaanku masih saja tidak berhenti dan masih saja sama dengan pertanyaan yang tadi ku tanyakan pada diriku sendiri. Tanpa terasa pertanyaanku itu menuntunku bukan ke tempat yang seharusnya menjadi tujuanku, tapi ke tempat yang lain. Tempat yang sangat jarang sekali untuk aku kunjungi, mungkin beberapa tahun sekali. Aku pun tak tahu apa nama tempat ini, aku hanya tahu jika tempat ini tebingnya sangat curam, namun indah. Walau begitu tempat ini memberikan kenangan yang berkesan bagiku. Bukan karena tempat ini adalah tempat aku menyatakan cinta kepada seseorang, tetapi tempat ini berkesan karena di tempat inilah aku kehilangan salah satu seorang temanku. Sampai kini aku juga masih merasa kehilangan dirinya. Sudah lama terjadi dan aku juga sudah lupa bagaimana urutan cerita hilangnya temanku itu. Di sini akhirnya kurenungkan semua kesalahan yang pernah ku perbuat kepadanya dan mulai mendoakan dirinya agar tenang di sisi Tuhan Yang Maha Esa. Walau bukan tujuanku untuk berdiam diri di sini, tapi apa boleh buat sudah terlanjur aku telah berdiam sangat lama di tempat ini. Aku lanjutkan saja berdiam diri merenungkan tentang kelulusan besok pagi. Sampai saat ini pertanyaan itu masih saja terngiang di kepalaku. Masih saja diriku terdiam di sini sambil merenungkan hal yang tadi.
            Sampai matahari telah membuang wajahnya dari penglihatanku, aku masih saja terdiam di sini. Setelah ku dengar orang yang mengumandangkan adzan maghrib, barulah aku mengangkat tubuhku yang lemas rasanya seperti tidak makan beberapa hari. Aku berpikir jika ini sudah waktunya untuk pulang lagi ke rumah untuk mengistirahatkan dan menyiapkan diri untuk pengumuman esok hari yang akan diumumkan pada jam sepuluh lebih tiga puluh menit, untuk Waktu Indonesia Barat.
***
            Sesampainya di rumah, langsung saja aku menuju ke tempat tidur dan ku hempaskan tubuhku ke atas kasur yang nyaman. Saat aku mencoba untuk menutup mataku, namun tak bisa karena aku mendengar suara Ibuku yang memanggilku untuk segera mandi.
            “Nak, jangan tidur dulu! Mandi dulu sana!”, suruh Ibuku sambil berteriak lantang.
            “Iya, Bu. Aku juga baru mau mandi”, jawabku pelan yang penuh rasa malas untuk bergegas ke kamar madi dan segera mandi.
            Apa boleh buat jika memang belum saatnya untuk tidur dulu. Terpaksa aku mandi terlebih dahulu sebelum tidur.
            Tak lebih dari setengah jam aku selesai mandi, lalu kulakukan seperti hal yang kupikirkan tadi yaitu tidur. Kubuka pintu kamarku dan kututup lagi, kemudian ku hempaskaan tubuhku ke atas kasur yang sama dengan yang tadi. Tiba-tiba suara Ibuku terdengar lagi.
            “Nak, makanlah dulu, baru setelah itu kamu boleh tidur”, teriak Ibuku memanggilku sekali lagi.
            “Huh, nggak bakalan jadi tidur deh kalau begini caranya”, gumamku sambil menahan rasa jengkel karena sedari tadi  belum jadi tidur.
            Sekali lagi aku melangkahkan kakiku, menuju ruang makan yang letaknya agak berjauhan dari kamar tidurku. Sampai di ruang makan semuanya sudah selesai makan kecuali aku, lalu kubuka saja tutup mangkuk yang biasanya berisikan lauk pauk. Berbeda sekali dengan apa yang ada dalam pikiranku, ternyata sudah tak ada lagi lauk pauk. Aku masih belum mempercayainya, kubuka lagi tutup yang lainnya, masih seperti yang tadi tak ada satupun tersisa hanya tersisa nasi putih saja. Otakku makin panas dengan keadaan yang seperti ini, langsung saja aku kembali lagi ke kamar tidurku dengan muka cemberut tetunya. Saat hampir membuka pintu, tak terduga aku tanpa sengaja menendang kursi yang ada di dekat pintu masuk ke kamarku. Hampir tak bisa aku menahan luapan emosi yang telah kutahan dari tadi. Ku buka lagi pintu yang tadi ku tutup dan ku tutup lagi pintu yang tadi ku buka, ku tutup pintu kamarku dengan persaan penuh emosi.
            “Jeglaarrr”, suara pintu yang kututup.
            “Suara apa itu, Nak?”, tanya Ibuku.
            “Suara jangkrik, Bu”, jawabku sambil menahan emosi.
            “Naaakk”, teriak Ibuku sambil marah.
Tanpa peduli memikirkan keadaan di luar kamarku, untuk ketiga kalinya kuhempaskan tubuhku ke atas kasur yang nyaman ini untuk yang ketiga kalinya, sambil berharap malam ini aku dapat tidur dengan pulas tanpa satu gangguan sekalipun.
***
            Cahaya sinar mentari pagi yang menembus ke jendela kamarkulah yang membangunkanku. Walau sudah terbangun, tapi rasanya masih ingin tidur lagi karena mataku yang masih terlalu lengket untuk terbuka. Sampai akhirnya aku teringat jika hari ini adalah hari pengumuman dan juga salah satu dari sekian  hari pentingku pada bulan Mei ini. Aku segera terbangun dari tempat tidurku, lalu pergi keluar kamar untuk melihat jam berapakah sekarang. Setelah ku lihat ternyata jarum jam panjang sudah hampir menunjukkan pada angka sepuluh. Ku temui Ayahku dan bertanya.
            “Yah, kenapa tadi tidak membangukanku?”, tanyaku curiga.
            “Kamu juga tidak berpesan kedapaku untuk membangunkanmu”, jawab Ayahku santai.
            “Ya kan paling tidak tetap membangunkanku toh?”, balasku agak jengkel.
            Langsung saja aku pergi ke kamar mandi. Kali ini aku mandi dengan cepat karena aku sudah harus ada di sekolah sebelum jam sepuluh untuk persiapan. Selesai mandi aku ganti dengan seragam kebanggaanku, untuk saat ini masih seragam biru putih. Tak butuh waktu lama untuk ganti, tanpa berlama-lama aku menuju garasi untuk mengambil motor dan menggunakannya untuk pergi kesekolah. Sebelum pergi ke garasi aku menghampiri Ayahku untuk menyampaikan pesan.
“Yah, jangan lupa nanti jam sepuluh lebih tiga puluh Ayah sudah harus ada di sekolahanku ya!”, kataku gugup.
“Iya, nak. Ayahmu ini tidak pikun”, jawabnya sambil tertawa.
***
Di jalan, tanpa peduli pengguna jalan lain aku melaju sekencang-kencangnya demi datang kesekolah tepat waktu. Sesampainya di sekolah, sudah seperti apa yang ku harapkan. Aku sampai di sekolah jam sepuluh kurang seperempat. Kucari semua teman-temanku untuk berkumpul dan berdo’a demi kelulusan masing-masing. Tak terasa lama setelah itu tibalah waktunya yang kami nanti-nantikan yaitu pengumuman kelulusan. Satu persatu orang tua wali murid masuk ke kelas untuk dibagikan hasil Ujian Nasional. Beberapa saat setelah itu, semua orang tua wali murid keluar dari kelas dan menghampiri anak-anaknya, kecuali diriku. Semuanya senang karena mereka lulus dengan nilai yang baik, sedangkan diriku sendiri masih kebingungan mencari Ayahku.
“Dimana sih, Ayah? Atau jangan-jangan dia lupa?”, pikirku sendiri.
Disaat sekolah ini sudah hampir sepi, aku melihat seseorang yang sangat ku kenali, yaitu Ayahku sendiri.
“Darimana saja sih?”, ku bertanya pada Ayahku.
“Maaf, Bak. Ayah tidak bisa datang tepat pada waktunya karena Ayah masih harus menyelesaikan banyak urusan”, jawabnya tenang.
“Ya, sudah sekarang dimana Ayah harus mengambil hasil UN-mu?”, sambungnya.
“Baiklah, kita temui saja wali kelasku”, ajakku.
Kucari-cari wali kelasku, namun tidak juga ketemu. Sampai akhirnya seorang guru memberitahukan dimana keberadaan wali kelasku. Berkat informasi dari guru itu tadi, aku dapat menemukan wali kelasku. Setelah Ayah dan Ibu wali kelasku berbincang-bincang agak lama, akhirnya aku berhasil mendapatkan hasil Ujian Nasionalku yang diberikan ke dalam amplop coklat. Akhirnya, setelah ku mendapatkannya langung saja ku buka dan hasilnya aku lulus dengan nilai yang memuaskan. Aku bahagia dapat lulus dengan nilai yang memuaskan.
***
newer post

Kamis, 25 Oktober 2012

Cara Ganti Font pada Nokia S40

0 komentar

Sekarang tidak hanya hp symbian dan SE saja yang bisa mengubah-ubah font sesuai keinginan, tetapi sekarang hp s40v3, v5, v6 pun bisa diubah font.a sesuai yg kita inginkan.
ya sudah bagi yang tertarik silakan ikuti tutornya.

newer post

Kumpulan Software PC untuk Modding Nokia S40

0 komentar
Langsung aja gaann:
1. Phoenix
Penjelasan: Phoenix tidak jauh beda dari jaf, tapi phoenix lebih di rekomen dasikan untuk HP s40v6 keatas, yang gak bisa ditangani JAF.

newer post

Rabu, 24 Oktober 2012

PPM Custom pada Nokia S40 (C3)

0 komentar
Mau tampilan di nokia C3 anda seperti itu?? Jika anda memang berminat dengan tampilan yang kurang lebih seperti itu silahkan ikuti langkah-langkah di bawah ini, tapi maaf saya hanya memposting tentang C3 yang kebetulan handphone saya.

newer post

Sabtu, 20 Oktober 2012

Cara Flashing HP Nokia dengan Phoenix

0 komentar

Mau flashing hape nokia tapi budget kurang?? Ngaak perlu deh, cukup beberapa aplikasi ini anda sudah bisa flash hape nokia anda sendiri. Lebih enak juga... heheee...
Langsung aja siapin alat dan bahan buat prakteknya...

newer post
older post